Agung Ari Wibowo. Ia adalah seorang pegawai Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Dia adalah anak laki-laki satu-satunya yang merupakan anak ke-2 dari 3 bersaudara.
Walaupun Agung adalah anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga, namun hal tersebut tidak membuat kedua orang tuanya memanjakannya, tetapi dari kecil Agung sudah dilatih untuk bisa mandiri. Hal ini mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupannya ketika dia sudah dewasa.
Pendidikan formalnya mulai dari SD sampai dengan SMA semuanya dia lalui di sekolah negeri di kota Bekasi. Kemampuannya di bidang kepemimpinan sudah muncul sejak bersekolah di SMP, di mana Agung merupakan Ketua OSIS di SMP tersebut. Kemudian berlanjut ketika dia bersekolah di SMA, dia juga diangkat sebagai Ketua di Pramuka, sebagai Ketua I OSIS dan sebagai Ketua di Kerohanian Islam (Rohis).
Saat Agung kelas 3 SMA datang Tim dari kampus Universitas Bina Nusantara (Binus) mempresentasikan mengenai kampus tersebut dan menawarkan bea siswa untuk kuliah di Fakultas Ilmu Komputer jurusan Teknik Informatika di kampus tersebut bagi siswa yang lulus tes. Atas penawaran tersebut, Agung beserta 300-an siswa SMA di mana dia bersekolah mencoba peruntungan untuk mendapatkan bea siswa dari kampus tersebut. Dari sekitar 5.000 an siswa SMA yang ikut tes, hanya 20 orang siswa yang mendapatkan bea siswa dari kampus tersebut, termasuk Agung salah satunya.
Agungpun menjalani hari-harinya untuk kuliah di Binus. Tak terasa hampir satu tahun dia kuliah di sana ketika salah seorang temannya mengajak Agung untuk menemaninya untuk tes di STAN ketika ada pembukaan penerimaan mahasiswa STAN pada tahun berikut. Dia pun berpikir, daripada dia hanya menunggu temannya di parkiran selama temannya mengikuti tes ujian masuk STAN, maka dia pun iseng-iseng ikut mendaftar juga. Tetapi ketika pengumuman hasil tes keluar, justru Agung lah yang diterima, sedangkan temannya tersebut tidak.
Dengan diterima di STAN, Agung harus memilih salah satu kampus untuk tempatnya kuliah, apakah di STAN ataukah tetap menyelesaikan kuliah di Binus. Setelah melalui berbagai pertimbangan, akhirnya dia memutuskan untuk kuliah di STAN, dan dengan berat hati dia harus mengakiri perkuliahannya di Binus.
Selama menjalani kuliah di STAN, di samping menjalani rutinitas perkuliahan, dia juga aktif mengajar di tempat-tempat kursus. Materi yang diajarkan adalah yang terkait dengan IT yang sebagian ilmunya diperoleh dari kuliahnya di Binus yang telah dijalaninya selama kurang lebih satu tahun.
Ketika sedang berkumpul dengan teman-temannya, dia merasa kasihan melihat teman-temannya yang tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dan juga masih belum mempunyai pekerjaan. Maka timbullah rasa simpatinya kepada mereka, sehingga tercetuslah ide dari benaknya untuk memberikan pelatihan kepada teman-temannya tersebut terutama yang terkait dengan IT, seperti service HP, TV, komputer, dan peralatan elektronik lainnya. Belakangan diketahui bahwa dengan berbekal ilmu yang diajarkannya tersebut hampir semua temannya sekarang sudah memiliki pekerjaan.
Setelah perkuliahan di STAN selesai, sambil menunggu datangnya waktu penempatan pegawai baru di Kemenkeu, untuk sementara waktu mereka ditempatkan di kantor pusat. Di tengah-tengah waktu menunggu penempatan pegawai yang definitif, dia melangsungkan pernikahan dengan gadis pujaan hatinya. Dari hasil pernikahan tersebut mereka dikaruniai 2 orang anak yang semuanya perempuan. Puteri pertamanya saat ini sudah berusia 4 tahun, dan puteri keduanya belum genap 2 tahun.
Tak lama berselang, hanya dalam hitungan bulan keluarlah Surat Keputusan penempatan pegawai, di mana dia mendapatkan tempat tugas di Kanwil DJPb Propinsi Sulawesi Tenggara di kota Kendari. Dia berangkat sendiri ke tempat tugasnya tersebut tanpa membawa keluarganya.
Hidup sendiri di perantauan membuatnya merasa memiliki banyak waktu luang, sehingga mulai berpikir bagaimana cara memanfaatkan waktu luangnya supaya lebih bermakna. Mulailah dia tertarik untuk belajar musik yang diawali dengan belajar gitar dan diapun bergabung dengan komunitas yang berhubungan dengan musik ini. Bersama komunitas musiknya ini, dia mulai berkenalan dengan grup musik, sehingga diapun mulai ikut manggung dari satu tempat ke tempat lainnya mengisi acara-acara di perkantoran, pernikahan, di hotel, dan acara-acara lainnya.
Bergabung dengan grup musik ini membuatnya tertarik juga untuk bisa mempelajari alat-alat musik lainnya selain gitar. Kebetulan grup musik di mana dia ikut di dalamnya memiliki berbagai macam alat-alat musik, sehingga dia tidak perlu membelinya. Dia pun mulai menekuni untuk belajar drum, piano, biola, saxophone, perkusi dan lain-lain, sehingga dia memiliki kemampuan untuk mengoperasikan semua alat-alat musik tersebut.
Di samping bergabung dengan komunitas musik, Agung juga bergabung dengan komunitas film. Dari sinilah dia mulai tertarik juga untuk mendalami dunia perfilman, sehingga dia bergabung dalam salah satu crew film untuk mewujudkan keinginannya. Dari bergabung dengan komunitas ini, dia mulai tertarik dengan dunia fotografi. Mulailah dia belajar hal-hal yang terkait dengan fotografi secara otodidak. Berbekal ilmunya di bidang fotografi ini, krew film tempat dia bergabung mempercayakan kepadanya untuk menjadi kameramen dalam pembuatan film. Film yang pernah dibuatnya berupa film-film independen yang tidak hanya ditayangkan di bioskop-bioskop, tetapi juga untuk ikut dalam festival perfilman. Film yang dibuat biasanya berupa film-film drama.
Bergabung dengan komunitas perfilman ini membuatnya mulai tertarik juga untuk membuat film sendiri. Kebetulan pada saat itu adanya lomba pembuatan film animasi. Dia pun memanfaatkan kesempatan ini dengan membuat film animasi sendiri dan mengirimkannya kepada panitia lomba. Sudah banyak film-film animasi yang telah dibuatnya untuk diikutkan dalam lomba pembuatan film animasi tersebut.
Tidak hanya ikut komunitas musik dan film, dia juga bergabung dengan komunitas stand up komedi yaitu komunitas “Stand Up Indonesia”. Keahlian di bidang ini pun ditekuninya dengan hadir membawakan stand up komedinya di berbagai acara dan di hotel-hotel.
Ketertatikan di bidang seni dan teknologi informasi, ia manfaatkan juga untuk berbagi kepada penggiat seni rupa dan pemrograman komputer di kota Kendari dengan mengajar di berbagai kesempatan dalam bidang seni rupa dan game programming.
Berbekal berbagai keahlian yang dimilikinya ini, diapun memberanikan diri untuk ikut Seleksi Pegawai Bertalenta yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Dalam seleksi ini Agung memilih ikut dalam pembuatan Videografi. Alhamdulillah diapun keluar sebagai juara I dalam Seleksi Pegawai Bertalenta se Direktorat Jenderal Perbendaharaan tersebut.
Setelah 2 tahun masa kerjanya di Kendari, dia dimutasi ke Kantor Pusat Direktorat Perbendaharaan di Lapangan Banteng Jakarta Pusat mulai tahun 2016 sampai dengan sekarang di Subbagian Kehumasan Layanan Informasi dan Protokoler. Di sini keahlian yang dimilikinya bisa lebih bermanfaat lagi bagi instansinya. Hal ini dapat dilihat dari pembuat film-film, animasi, motion graphic, majalah, dan lain-lain, yang telah dibuatnya untuk acara-acara kantor seperti untuk kegiatan sosialisasi, dan acara-acara kehumasan lainnya.
Walaupun Agung memiliki banyak keahliah, namun dia tidak segan-segan untuk mengajarkannya kepada orang lain, karena di dalam hidupnya dia mempunya prinsip: "Semakin Bisa Banyak, Semakin Banyak Membisakan".
Jakarta 12 April 2019
Rina Yasmita
![]() |
Agung Ari Wibowo (suarahati-nyus) |
Walaupun Agung adalah anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga, namun hal tersebut tidak membuat kedua orang tuanya memanjakannya, tetapi dari kecil Agung sudah dilatih untuk bisa mandiri. Hal ini mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupannya ketika dia sudah dewasa.
Pendidikan formalnya mulai dari SD sampai dengan SMA semuanya dia lalui di sekolah negeri di kota Bekasi. Kemampuannya di bidang kepemimpinan sudah muncul sejak bersekolah di SMP, di mana Agung merupakan Ketua OSIS di SMP tersebut. Kemudian berlanjut ketika dia bersekolah di SMA, dia juga diangkat sebagai Ketua di Pramuka, sebagai Ketua I OSIS dan sebagai Ketua di Kerohanian Islam (Rohis).
Saat Agung kelas 3 SMA datang Tim dari kampus Universitas Bina Nusantara (Binus) mempresentasikan mengenai kampus tersebut dan menawarkan bea siswa untuk kuliah di Fakultas Ilmu Komputer jurusan Teknik Informatika di kampus tersebut bagi siswa yang lulus tes. Atas penawaran tersebut, Agung beserta 300-an siswa SMA di mana dia bersekolah mencoba peruntungan untuk mendapatkan bea siswa dari kampus tersebut. Dari sekitar 5.000 an siswa SMA yang ikut tes, hanya 20 orang siswa yang mendapatkan bea siswa dari kampus tersebut, termasuk Agung salah satunya.
Agungpun menjalani hari-harinya untuk kuliah di Binus. Tak terasa hampir satu tahun dia kuliah di sana ketika salah seorang temannya mengajak Agung untuk menemaninya untuk tes di STAN ketika ada pembukaan penerimaan mahasiswa STAN pada tahun berikut. Dia pun berpikir, daripada dia hanya menunggu temannya di parkiran selama temannya mengikuti tes ujian masuk STAN, maka dia pun iseng-iseng ikut mendaftar juga. Tetapi ketika pengumuman hasil tes keluar, justru Agung lah yang diterima, sedangkan temannya tersebut tidak.
Dengan diterima di STAN, Agung harus memilih salah satu kampus untuk tempatnya kuliah, apakah di STAN ataukah tetap menyelesaikan kuliah di Binus. Setelah melalui berbagai pertimbangan, akhirnya dia memutuskan untuk kuliah di STAN, dan dengan berat hati dia harus mengakiri perkuliahannya di Binus.
Selama menjalani kuliah di STAN, di samping menjalani rutinitas perkuliahan, dia juga aktif mengajar di tempat-tempat kursus. Materi yang diajarkan adalah yang terkait dengan IT yang sebagian ilmunya diperoleh dari kuliahnya di Binus yang telah dijalaninya selama kurang lebih satu tahun.
Ketika sedang berkumpul dengan teman-temannya, dia merasa kasihan melihat teman-temannya yang tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dan juga masih belum mempunyai pekerjaan. Maka timbullah rasa simpatinya kepada mereka, sehingga tercetuslah ide dari benaknya untuk memberikan pelatihan kepada teman-temannya tersebut terutama yang terkait dengan IT, seperti service HP, TV, komputer, dan peralatan elektronik lainnya. Belakangan diketahui bahwa dengan berbekal ilmu yang diajarkannya tersebut hampir semua temannya sekarang sudah memiliki pekerjaan.
Setelah perkuliahan di STAN selesai, sambil menunggu datangnya waktu penempatan pegawai baru di Kemenkeu, untuk sementara waktu mereka ditempatkan di kantor pusat. Di tengah-tengah waktu menunggu penempatan pegawai yang definitif, dia melangsungkan pernikahan dengan gadis pujaan hatinya. Dari hasil pernikahan tersebut mereka dikaruniai 2 orang anak yang semuanya perempuan. Puteri pertamanya saat ini sudah berusia 4 tahun, dan puteri keduanya belum genap 2 tahun.
Tak lama berselang, hanya dalam hitungan bulan keluarlah Surat Keputusan penempatan pegawai, di mana dia mendapatkan tempat tugas di Kanwil DJPb Propinsi Sulawesi Tenggara di kota Kendari. Dia berangkat sendiri ke tempat tugasnya tersebut tanpa membawa keluarganya.
Hidup sendiri di perantauan membuatnya merasa memiliki banyak waktu luang, sehingga mulai berpikir bagaimana cara memanfaatkan waktu luangnya supaya lebih bermakna. Mulailah dia tertarik untuk belajar musik yang diawali dengan belajar gitar dan diapun bergabung dengan komunitas yang berhubungan dengan musik ini. Bersama komunitas musiknya ini, dia mulai berkenalan dengan grup musik, sehingga diapun mulai ikut manggung dari satu tempat ke tempat lainnya mengisi acara-acara di perkantoran, pernikahan, di hotel, dan acara-acara lainnya.
Bergabung dengan grup musik ini membuatnya tertarik juga untuk bisa mempelajari alat-alat musik lainnya selain gitar. Kebetulan grup musik di mana dia ikut di dalamnya memiliki berbagai macam alat-alat musik, sehingga dia tidak perlu membelinya. Dia pun mulai menekuni untuk belajar drum, piano, biola, saxophone, perkusi dan lain-lain, sehingga dia memiliki kemampuan untuk mengoperasikan semua alat-alat musik tersebut.
Di samping bergabung dengan komunitas musik, Agung juga bergabung dengan komunitas film. Dari sinilah dia mulai tertarik juga untuk mendalami dunia perfilman, sehingga dia bergabung dalam salah satu crew film untuk mewujudkan keinginannya. Dari bergabung dengan komunitas ini, dia mulai tertarik dengan dunia fotografi. Mulailah dia belajar hal-hal yang terkait dengan fotografi secara otodidak. Berbekal ilmunya di bidang fotografi ini, krew film tempat dia bergabung mempercayakan kepadanya untuk menjadi kameramen dalam pembuatan film. Film yang pernah dibuatnya berupa film-film independen yang tidak hanya ditayangkan di bioskop-bioskop, tetapi juga untuk ikut dalam festival perfilman. Film yang dibuat biasanya berupa film-film drama.
Bergabung dengan komunitas perfilman ini membuatnya mulai tertarik juga untuk membuat film sendiri. Kebetulan pada saat itu adanya lomba pembuatan film animasi. Dia pun memanfaatkan kesempatan ini dengan membuat film animasi sendiri dan mengirimkannya kepada panitia lomba. Sudah banyak film-film animasi yang telah dibuatnya untuk diikutkan dalam lomba pembuatan film animasi tersebut.
Tidak hanya ikut komunitas musik dan film, dia juga bergabung dengan komunitas stand up komedi yaitu komunitas “Stand Up Indonesia”. Keahlian di bidang ini pun ditekuninya dengan hadir membawakan stand up komedinya di berbagai acara dan di hotel-hotel.
Ketertatikan di bidang seni dan teknologi informasi, ia manfaatkan juga untuk berbagi kepada penggiat seni rupa dan pemrograman komputer di kota Kendari dengan mengajar di berbagai kesempatan dalam bidang seni rupa dan game programming.
Berbekal berbagai keahlian yang dimilikinya ini, diapun memberanikan diri untuk ikut Seleksi Pegawai Bertalenta yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Dalam seleksi ini Agung memilih ikut dalam pembuatan Videografi. Alhamdulillah diapun keluar sebagai juara I dalam Seleksi Pegawai Bertalenta se Direktorat Jenderal Perbendaharaan tersebut.
Setelah 2 tahun masa kerjanya di Kendari, dia dimutasi ke Kantor Pusat Direktorat Perbendaharaan di Lapangan Banteng Jakarta Pusat mulai tahun 2016 sampai dengan sekarang di Subbagian Kehumasan Layanan Informasi dan Protokoler. Di sini keahlian yang dimilikinya bisa lebih bermanfaat lagi bagi instansinya. Hal ini dapat dilihat dari pembuat film-film, animasi, motion graphic, majalah, dan lain-lain, yang telah dibuatnya untuk acara-acara kantor seperti untuk kegiatan sosialisasi, dan acara-acara kehumasan lainnya.
Walaupun Agung memiliki banyak keahliah, namun dia tidak segan-segan untuk mengajarkannya kepada orang lain, karena di dalam hidupnya dia mempunya prinsip: "Semakin Bisa Banyak, Semakin Banyak Membisakan".
Jakarta 12 April 2019
Rina Yasmita
Komentar
Posting Komentar